
Bumi sedang tidak baik-baik saja, Tapi masih ada harapan selama manusia bersedia berubah.
Opini pada peringatan Hari Bumi Sedunia tahun 2019
Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi sebagai pengingat bahwa planet ini adalah satu-satunya rumah bagi seluruh kehidupan yang kita kenal. Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum yang seharusnya menggugah kesadaran kolektif kita bahwa krisis lingkungan bukan isu masa depan melainkan ia sedang terjadi, hari ini.
Saya secara konsisten menulis dan menerbitkan opini setiap tahun di media nasional, khususnya di Tribun Timur, untuk menyuarakan keresahan dan harapan saya sebagai akademisi, praktisi, dan warga dunia yang mencintai ilmu pengetahuan serta kelestarian hidup.
Opini-opini ini adalah bentuk ikhtiar untuk menjembatani ilmu dan aksi, untuk membangun percakapan publik yang lebih dalam tentang tanggung jawab kita terhadap bumi. Salah satu opini yang saya tulis berjudul “Manusia, Amankan Spesies-Mu” (23 April 2019) mengulas tantangan eksistensial manusia dalam menjaga keberlanjutan hidupnya sendiri di tengah kerusakan lingkungan yang terus meluas.
Artikel ini menyoroti bagaimana manusia seharusnya tidak hanya menjaga spesies lain, tetapi juga menyelamatkan dirinya sendiri dari ancaman yang ia ciptakan. Dalam tulisan tersebut, saya menyoroti ironi terbesar umat manusia: kita adalah spesies yang paling cerdas, namun juga paling merusak. Kita menyelamatkan hewan langka, tapi lupa menjaga keberlangsungan spesies kita sendiri dengan menciptakan krisis iklim, pencemaran, deforestasi, dan urbanisasi tanpa kendali.
🔗 Baca selengkapnya:
Opini – Manusia, Amankan Spesies-Mu (Tribun Timur, 2019)
Tulisan-tulisan opini saya setiap Hari Bumi merefleksikan pandangan pribadi, kajian akademik, dan keprihatinan terhadap arah masa depan bumi kita. Nantinya, seluruh arsip opini saya tentang Hari Bumi dari tahun ke tahun akan tersedia di laman ini, sebagai dokumentasi pemikiran dan bentuk kontribusi kecil untuk kesadaran kolektif akan pentingnya merawat bumi.
Melalui laman ini, saya mengarsipkan opini-opini saya yang terbit setiap Peringatan Hari Bumi, sebagai bentuk kontribusi pemikiran yang saya harapkan dapat memberi perspektif baru dan menggugah aksi nyata. Karena menyelamatkan bumi bukan hanya tugas para aktivis lingkungan, tetapi tanggung jawab kita semua—dari ruang kelas, ruang publik, hingga ruang keluarga.
Opini saya ini lahir dari kecemasan, tetapi juga dari harapan. Harapan bahwa pendidikan, kebijakan yang berpihak pada lingkungan, dan perubahan perilaku masyarakat bisa menjadi awal dari penyembuhan bumi. Saya percaya bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran penting untuk menerangi jalan keluar dari krisis ekologis ini.